PLN Masih Cari Utang Rp 23 Triliun
Filed Under : by .......DEN MAZ NOERHIDAYAT.......
Thursday, April 8, 2010
PT PLN (Persero) masih membutuhkan dana sekitar Rp 23 triliun, untuk memenuhi belanja modal mereka dari total Rp 73 triliun yang direncanakan pada 2010. Diperkirakan, sisa dana tersebut akan didapatkan dari kombinasi pinjaman perbankan, serta penerbitan obligasi, baik rupiah maupun dollar Amerika Serikat (AS).
Demikian disampaikan Direktur Keuangan PLN Setio Anggaro Dewo saat ditemui di Hotel Borobudur, Lapangan, Banteng, Jakarta, Kamis (7/4/2010).
"Kebutuhan dana sekitar Rp 73 triliun. Rp 50 triliun sudah didapat dari komitmen pinjaman pada tahun lalu. Sisanya akan didapatkan dari pinjaman dan obligasi. Juga tidak tutup kemungkinan obligasi dollar," jelas Dewo.
Menurutnya, rencana obligasi memang menjadi salah satu opsi namun belum dipastikan nilai dan kapan aksi tersebut bakal terlaksana. Perseroan masih harus menunggu finalisasi laporan keuangan mereka pada tahun buku 2009.
Untuk raihan pendapatan BUMN listrik selama tahun 2009 diperkirakan mencapai Rp 145 triliun. "Itu sekitar Rp 145 triliun, sedangkan untuk bottom line masih harus menunggu finalisasi laporan. Kita akan lebih dari Rp 7 triliun. Tapi kita enggak bisa tahu berapa lebihnya karena ada forex gain," ungkapnya.
PLN akhir bulan Maret lalu memastikan akan menerbitkan obligasi senilai Rp 3 triliun. Dijadwalkan surat utang ini sudah dapat terbit pada bulan Juni 2010. Dana hasil obligasi akan digunakan untuk membiayai pembangunan transmisi listrik pendukung proyek 10.000 MW tahap I.
"Saat ini kami sedang menyeleksi 9 underwriter (penjamin emisi). Semuanya perusahaan lokal," ujar. Kadiv Keuangan Korporat Direktorat Keuangan PLN Yusuf Hamdani waktu itu.
Saat ini perseroan tengah menyelesaikan audit laporan keuangan yang ditargetkan selesai awal bulan April 2010. "Jika bisa selesai April, maka obligasi bisa keluar pada bulan Mei atau Juni. Paling lambat Juni," jelasnya.
Obligasi ini akan diterbitkan dengan denominasi mata uang rupiah, dalam 2 bentuk yaitu obligasi konvensional dan sukuk.
Demikian disampaikan Direktur Keuangan PLN Setio Anggaro Dewo saat ditemui di Hotel Borobudur, Lapangan, Banteng, Jakarta, Kamis (7/4/2010).
"Kebutuhan dana sekitar Rp 73 triliun. Rp 50 triliun sudah didapat dari komitmen pinjaman pada tahun lalu. Sisanya akan didapatkan dari pinjaman dan obligasi. Juga tidak tutup kemungkinan obligasi dollar," jelas Dewo.
Menurutnya, rencana obligasi memang menjadi salah satu opsi namun belum dipastikan nilai dan kapan aksi tersebut bakal terlaksana. Perseroan masih harus menunggu finalisasi laporan keuangan mereka pada tahun buku 2009.
Untuk raihan pendapatan BUMN listrik selama tahun 2009 diperkirakan mencapai Rp 145 triliun. "Itu sekitar Rp 145 triliun, sedangkan untuk bottom line masih harus menunggu finalisasi laporan. Kita akan lebih dari Rp 7 triliun. Tapi kita enggak bisa tahu berapa lebihnya karena ada forex gain," ungkapnya.
PLN akhir bulan Maret lalu memastikan akan menerbitkan obligasi senilai Rp 3 triliun. Dijadwalkan surat utang ini sudah dapat terbit pada bulan Juni 2010. Dana hasil obligasi akan digunakan untuk membiayai pembangunan transmisi listrik pendukung proyek 10.000 MW tahap I.
"Saat ini kami sedang menyeleksi 9 underwriter (penjamin emisi). Semuanya perusahaan lokal," ujar. Kadiv Keuangan Korporat Direktorat Keuangan PLN Yusuf Hamdani waktu itu.
Saat ini perseroan tengah menyelesaikan audit laporan keuangan yang ditargetkan selesai awal bulan April 2010. "Jika bisa selesai April, maka obligasi bisa keluar pada bulan Mei atau Juni. Paling lambat Juni," jelasnya.
Obligasi ini akan diterbitkan dengan denominasi mata uang rupiah, dalam 2 bentuk yaitu obligasi konvensional dan sukuk.
sumber: Detik finance